Bismillaah....
Ummu Mujahid Khadijah, salah seorang
akhawat yang pernah belajar di majelis Ummu Salamah (seorang ‘alimah
Yamaniyyah yang merupakan istri dari mendiang Asy Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah) pada tahun 1424 H pernah menuturkan :
‘
Waktu
itu kami hadir di majelisnya Ummu Salamah. Ruangan tempat kami belajar
di masjid tidaklah terlalu besar, namun penuh dengan akhawat yang ingin
mengambil ilmu dari Ummu Salamah. Ya, kami datang ke sana bukanlah
karena beliau (Ummu Salamah), tapi karena beliau adalah seorang yang
berilmu, dan berkenan untuk membagi ilmunya dengan akhawat yang lain.
‘
Ummu
Salamah adalah seorang ulama wanita yang belajar langsung dari Asy
Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i, suaminya, yang juga salah seorang
ulama besar Islam di masa kita.
‘
Beliau
masuk ke dalam masjid dengan penampilan yang biasa-biasa saja, sama
dengan akhawat lainnya. Tidak ada yang istimewa dengan penampilan
beliau. Beliau lalu shalat dua rakaat, lalu duduk di dekatku dan
putriku, Sukhailah.
Perkara lainnya yang membuatku takjub adalah pelajaran yang beliau berikan. Para akhawat sering terjebak dengan stigma bahwa akhwat itu hanya mempelajari tema-tema yang berkaitan dengan wanita seperti pernikahan, keluarga, fiqih haid, pendidikan anak, masalah hijab, dll. Padahal, seluruh perkara di dalam agama itu berkaitan dengan wanita secara langsung, apalagi aqidah.
‘
Di dars (pelajaran), beliau mengajari para akhawat khauf dan raja’, yaitu rasa takut dan berharap kepada Allah ‘azza wajalla.
Beliau mengingatkan bahwa Allah mengawasi kita dan tahu apa yang kita
kerjakan walaupun kita merasa sendirian, tanpa ada orang yang melihat.
‘
Setelah
beliau menyelesaikan pemberian materi, akhawat pun menulis pertanyaan
kepada beliau. Satu hal yang kembali membuatku takjub, ternyata
permasalahan akhawat itu di mana-mana hampir sama. Mereka bertanya
tentang shalat, thaharah, aqidah dan perkara yang lainnya.
Ada juga seorang pertanyaan dari seorang ukhti yang kuliah di sebuah Universitas di kota Shan’a tentang kondisi studinya yang bercampur antara mahasiswa dan mahasiswi di suatu ruangan. Ummu Salamah pun menjawab dengan tegas bahwa perkara tersebut haram dengan membawakan dalil-dalilnya. Aku masih ingat ukhti yang bertanya tersebut hampir saja meneteskan air mata mendengar jawaban Ummu Salamah. Dia pun mengatakan akan mencari jalan yang lain untuk mendapatkan ilmu.
‘
Selesai
majelis, aku dan putriku Sukhailah pun berbincang-bincang dengan Ummu
Salamah. Beliau adalah sosok yang baik dan ramah. Perkara pertama yang
beliau tanyakan adalah di mana kami belajar agama. Beliau pun memberikan
semangat kepada kami untuk senantiasa menuntut ilmu sebisa mungkin dan
di mana pun kami berada.
‘
Beliau
pun lalu melayani semua akhwat yang ingin berbicara kepada beliau dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka sebelum akhirnya beliau
berpamitan. Demikianlah Ummu Salamah wahai para akhawat. Alhamdulillah…
‘
Aku
nasehatkan pada diriku dan kepada para akhawat untuk senantiasa
menuntut ilmu agama ini. Dengannya kita akan mengetahui indahnya syariat
dan melahirkan qalbu yang tenang dan selalu fresh, serta membuat kita mensyukuri anugerah Islam.
‘
‘
_______________
Maroji’ :
- Blog Thuwailibul Ilmi (Status Facebook dari Al Akh Wira Mandiri Bachrun hafizhahullah (Penuntut Ilmu di Darul Hadits Syihr Yaman, markiz Asy Syaikh ‘Abdullah Al Mar’i hafizhahullah) yang beliau terjemahkan dari List of Female Students of Shaikh Muqbeel karya Umm Mujahid Khadijah Bint Lacina.)
1 komentar:
contoh bagi para wanita....
Posting Komentar