Jumat, 07 Oktober 2011

Majelis Ilmu Ummu Salamah Al Wadi’iyyah (Istri Asy Syaikh Muqbil Al Wadi’i)



Bismillaah....

Ummu Mujahid Khadijah, salah seorang akhawat yang pernah belajar di majelis Ummu Salamah (seorang ‘alimah Yamaniyyah yang merupakan istri dari mendiang Asy Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah) pada tahun 1424 H pernah menuturkan :
Waktu itu kami hadir di majelisnya Ummu Salamah. Ruangan tempat kami belajar di masjid tidaklah terlalu besar, namun penuh dengan akhawat yang ingin mengambil ilmu dari Ummu Salamah. Ya, kami datang ke sana bukanlah karena beliau (Ummu Salamah), tapi karena beliau adalah seorang yang berilmu, dan berkenan untuk membagi ilmunya dengan akhawat yang lain.
Ummu Salamah adalah seorang ulama wanita yang belajar langsung dari Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i, suaminya, yang juga salah seorang ulama besar Islam di masa kita.
Beliau masuk ke dalam masjid dengan penampilan yang biasa-biasa saja, sama dengan akhawat lainnya. Tidak ada yang istimewa dengan penampilan beliau. Beliau lalu shalat dua rakaat, lalu duduk di dekatku dan putriku, Sukhailah.
Perkara lainnya yang membuatku takjub adalah pelajaran yang beliau berikan. Para akhawat sering terjebak dengan stigma bahwa akhwat itu hanya mempelajari tema-tema yang berkaitan dengan wanita seperti pernikahan, keluarga, fiqih haid, pendidikan anak, masalah hijab, dll. Padahal, seluruh perkara di dalam agama itu berkaitan dengan wanita secara langsung, apalagi aqidah.
Di dars (pelajaran), beliau mengajari para akhawat khauf dan raja’, yaitu rasa takut dan berharap kepada Allah ‘azza wajalla. Beliau mengingatkan bahwa Allah mengawasi kita dan tahu apa yang kita kerjakan walaupun kita merasa sendirian, tanpa ada orang yang melihat.
Setelah beliau menyelesaikan pemberian materi, akhawat pun menulis pertanyaan kepada beliau. Satu hal yang kembali membuatku takjub, ternyata permasalahan akhawat itu di mana-mana hampir sama. Mereka bertanya tentang shalat, thaharah, aqidah dan perkara yang lainnya.
Ada juga seorang pertanyaan dari seorang ukhti yang kuliah di sebuah Universitas di kota Shan’a tentang kondisi studinya yang bercampur antara mahasiswa dan mahasiswi di suatu ruangan. Ummu Salamah pun menjawab dengan tegas bahwa perkara tersebut haram dengan membawakan dalil-dalilnya. Aku masih ingat ukhti yang bertanya tersebut hampir saja meneteskan air mata mendengar jawaban Ummu Salamah. Dia pun mengatakan akan mencari jalan yang lain untuk mendapatkan ilmu.
Selesai majelis, aku dan putriku Sukhailah pun berbincang-bincang dengan Ummu Salamah. Beliau adalah sosok yang baik dan ramah. Perkara pertama yang beliau tanyakan adalah di mana kami belajar agama. Beliau pun memberikan semangat kepada kami untuk senantiasa menuntut ilmu sebisa mungkin dan di mana pun kami berada.
Beliau pun lalu melayani semua akhwat yang ingin berbicara kepada beliau dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka sebelum akhirnya beliau berpamitan. Demikianlah Ummu Salamah wahai para akhawat. Alhamdulillah…
Aku nasehatkan pada diriku dan kepada para akhawat untuk senantiasa menuntut ilmu agama ini. Dengannya kita akan mengetahui indahnya syariat dan melahirkan qalbu yang tenang dan selalu fresh, serta membuat kita mensyukuri anugerah Islam.
_______________
Maroji’ :
  1. Blog Thuwailibul Ilmi (Status Facebook dari Al Akh Wira Mandiri Bachrun hafizhahullah (Penuntut Ilmu di Darul Hadits Syihr Yaman, markiz Asy Syaikh ‘Abdullah Al Mar’i hafizhahullah) yang beliau terjemahkan dari List of Female Students of Shaikh Muqbeel karya Umm Mujahid Khadijah Bint Lacina.)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

contoh bagi para wanita....