Kesalahan memaknai Idul Fithri dengan "Kembali kepada Fithrah (kembali suci)", dapat dijelaskan sebagai berikut:
I. Kesalahan Secara Lughah (Bahasa)
Kata "Fithri" dalam Idul Fithri, diambil dari lafazh "fithru/ifthaar", yang artinya menurut bahasa adalah berbuka (berbuka puasa jika terkait dengan puasa).
Jadi, Idul Fithri artinya "hari raya berbuka puasa". Yakni, hari di mana kita kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah selama sebulan berpuasa. Fithri di sini ditulis dengan huruf "fa-tha-ra"
Adapun kata Fithrah yang juga memiliki arti suci, ditulis dengan huruf "fa-tha-ra dan ta marbuthah".
Sedangkan kata Fithri yang dipakai dalam kata Idul Fithri adalah yang ditulis denga huruf"fa-tha-ra" (ﻒﻄﺮ) yang berarti berbuka. Dari sini sudah jelas kesalahan mereka yang memaknai Idul Fithri secara lughah (bahasa).
II. Kesalahan Secara Syara'
Makna Idul Fithri telah dijelaskan secara syara' oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits berikut:
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ"
Puasa itu pada hari (ketika) kalian semua berpuasa, Idul Fithri pada hari ketika kalian semua ber-Idul Fithri (berbuka)dan Idul Adha ketika kalian semua ber-Idul Adha (menyembelih/berkurban)."
[Hadits Riwayat at-Tirmidzi dalam Sunannya (no: 633), dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah ash-Shahihah (no: 224)].
Hadits di atas dengan tegas menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya di mana kita kembali berbuka puasa (tidak berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa).
Oleh karena itu, disunahkan makan terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk mendirikan shalat 'Ied. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama. Itulah arti Idul Fithri.Demikian pemahaman dan keterangan ahli-ahli ilmu dan TIDAK ADA KHILAF di antara mereka.
Bukan artinya "kembali kepada fithrah (suci)", karena kalau demikian niscaya terjemahan hadits menjadi:
"Al-Fithru (suci) itu ialah pada hari ketika kalian semua bersuci."
Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali orang-orang yang benar-benar Jahil tentang Dalil-dalil Sunnah dan lughah/bahasa.
Adapun ucapan yang diucapkan oleh kaum muslimin ketika mereka bertemu di hari ied adalah "Taqobbalallaah minnaa wa minkum" bukan minal aidzin wal faidzin seperti yang banyak di lakukan oleh kaum muslimin kebanyakan sekarang ini karena itu pula yang di contohkan para sahabat Rosulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam.
Dari Jubair bin Nufair rahimahullaah berkata:"dahulu para shahabat Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam radhiyallaahu 'anhum jika mereka bertemu pada hari 'ied,sebagian mereka berkata kepada sebagian yg lainnya 'taqabbalallaah minnaa wa minkum (dihasankan oleh As-Suyuuthii di Wushuul Al-Amaani Bi Ushuul At-Tahaanii hal 57 dan Asy-Syaikh Albani di Tamaam Al-Minnah hal 355 rahimahumullaah).
Ucapan Selamat Pada Hari Raya oleh : Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi
بسم الله الرحمن الرحيمالتهنئة يوم العيدلا أعرف في ذلك شيئا عن السلف إلا أن يكون مبادلة للتهنئة بالتهنئة. وكان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم يتبادلون التهاني يأخذ بعضهم بيد بعض ويهني بعضهم بعضا. وقد ذكر ذلك ابن قدامة في المغني 3/294-295 :"قال أحمد, -رحمه الله-: ولا بأس أن يقول الرجل للرجل : يوم العيد: تقبل الله منا ومنك, وقال حرب: سئل أحمد عن قول الناس في العيدين تقبل الله منا ومنكم قال: لا بأس به, يرويه أهل الشام عن أبي أمامة قيل: واثلة بن الأسقع؟ قال: نعم, قيل: فلا تكره أن يقال هذا يوم العيد قال: لا, وذكر ابن عقيل في تهنئة العيد أحاديث منها, أن محمد بن زياد قال: كنت مع أبي أمامة الباهلى وغيره من أصحاب النبي - صلى الله عليه وسلم- فكانوا إذا رجعوا من العيد يقول بعضهم لبعض تقبل الله منا ومنك, وقال أحمد: إسناد حديث أبي أمامة إسناد جيد وقال علي بن ثابت: سألت مالك بن أنس منذ خمس وثلاثين سنة وقال: لم نزل نعرف هذا بالمدينة, وروي عن أحمد أنه قال: لا أبتدى به أحدا, وإن قاله أحد رددته عليه". وبالله التوفيق.أملى هذه الفتوىفضيلة الشيخ أحمد بن يحيى النجميبسم الله الرحمن الرحيم
Ucapan Selamat Pada Hari Raya
Syaikh kami Mufti KSA bagian selatan Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi hafizhahullah
berkata : “Saya tidak mengetahui tentang hal tersebut dari salaf sedikit-pun selain dalam rangka saling mengucapkan selamat.
Dahulu para Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saling mengucapkan selamat. Sebagian mereka menggandeng tangan sebagian lainnya dan saling mengucapkan selamat.
Ibnu Qudamah menyebutkan hal tersebut dalam Al Mughni 3/294-295 :
“Ahmad rahimahullah berkata : “Tidak mengapa seseorang mengucapkan taqabbalallahu minna waminkum terhadap saudaranya pada hari raya”.
Harb berkata : Ahmad pernah ditanya tentang ucapan manusia taqabbalallahu minna waminkum pada dua hari raya. Dia menjawab : “Tidak mengapa. Salah seorang penduduk Syam meriwayatkan dari Abu Umamah Al Bahili”.
Ditanyakan : (Apakah) Watsilah bin Al Asqa’ ? Ahmad menjawab : “Ya”. Ditanyakan : Apakah anda tidak memakhruhkan ucapan ini diucapkan pada hari raya ?
Ahmad menjawab : “Tidak”.Ibnu ‘Aqil menyebutkan beberapa hadits tentang ucapan selamat pada hari raya,
diantaranya adalah bahwa Muhammad bin Ziyad berkata : Saya pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dahulu apabila mereka kembali dari berhari raya, mereka saling mengucapkan taqabbalallahu minna waminka.
Ahmad berkata : “Isnad hadits Abu Umamah adalah isnad yang baik.
Ali bin Tsabit berkata : “Saya bertanya kepada Malik bin Anas sejak 35 tahun yang lalu dan dia menjawab : “Kami selalu mengetahui hal ini di Madinah”.
Dan diriwayatkan dari Ahmad bahwa dia berkata : “Saya tidak memulai untuk mengucapkan salam kepada seorang-pun, tetapi jika ada seseorang mengucapkannya, maka aku balas dengan balasan serupa”.
Selesai.
Wabillahit-taufiq.
Yang mendikte fatwa ini Yang mulia Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi
(ttd)09 Syawal 1428 H
Alih bahasa olehAbu Abdillah Muhammad Yahya
09 Syawal 1428 H/20 Oktober 2007
Nijamiyah-Shamithah-JazanSumber : salafi-indonesia@yahoogroups.com